,

Peserta Pawai Budaya dari SDN 007 Nunukan Ini Wakili Kaltara di Ajang FLS2N

oleh

Penulis: Soni | Editor: Senja

MATAKALTARA.COM, NUNUKAN – Tiga siswi peserta Pawai Budaya tingkat pelajar SDN 007 Kabupaten Nunukan mewakili Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada ajang FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional).

Ketiga siswa tersebut masing-masing bernama Devi Geby Farmanda, Sofi Nur Aini, dan Siti Aisyah.

Tiga siswi asal SDN 007 Nunukan itu menampilkan Tari Dayak Desur Taga Na Metaout pada kegiatan Pawai Budaya dalam rangka HUT ke-25 Kabupaten Nunukan, Sabtu (20/07/2024), siang.

Pembina tari SDN 007 Nunukan, Santi Darmayanti mengatakan, Tari Dayak Desur Taga Na Metaout yang ditampilkan siswinya di hadapan Bupati Nunukan Asmin Laura, merupakan tari yang menghantarkan pelajar tersebut ke tingkat nasional dalam ajang FLS2N tahun 2024.

“Saat ini tahapan seleksi 37 provinsi di Indonesia untuk masuk ke-10 besar. Untuk melaju ke 10 besar masing-masing provinsi diminta untuk membuat video tarian lalu dikirim ke panitia di Jakarta,” kata Santi Darmayanti.

Menurutnya, ini kali pertama ada pelajar dari Kabupaten Nunukan yang mewakili Provinsi Kaltara ke tingkat nasional mengikuti FLS2N seni tari.

“Ini sejarah buat Kabupaten Nunukan. Semoga siswi kita bisa mengharumkan nama sekolah, nama Kabupaten Nunukan, dan nama Provinsi Kaltara di tingkat FLS2N,” ucapnya.

Santi mengaku tak menyangka anak didiknya itu berhasil meraih juara satu dalam seleksi FLS2N tingkat Provinsi Kaltara.

Padahal sebelumnya, seleksi tingkat Kabupaten Nunukan SDN 007 hanya memperoleh juara dua.

“Kebetulan di tingkat kabupaten kemarin SDN 007 juara dua, dan juara satu waktu itu dari SDN 1 Nunukan Selatan. Setelah kami mendapat informasi dari Dinas Pendidikan Nunukan. Kalau yang juara dua kabupaten bisa melaju ke tingkat provinsi. Di provinsi alhamdulillah kami dari SDN 007 juara satu dan melaju ke tingkat nasional,” tutur Santi Darmayanti.

Santi menyampaikan histori dibalik Tarian Adat Dayak Desur Tegana Metaout. Tarian tersebut menceritakan seorang anak gadis Dayak lundayeh yang memiliki kharisma dalam memainkan PUT (sumpit).

Selain kepiawaiannya dalam memainkan sumpit, gadis itu juga memiliki paras yang cantik.

Aura magis perempuan suku Dayak menjadikan tarian ini memiliki daya tarik nan elok dan mempesona.

Instrumen musik tradisional seperti sampe, gendang, dan gong mengiringi gerakan para penari menciptakan suasana yang magis dan memikat.

Setiap gerakan dalam tarian ini memiliki makna simbolis yang mendalam yang mencerminkan kehidupan sehari-hari suku Dayak.

Santi menjelaskan bahwa Tari Dayak bukan hanya sekedar hiburan, tetapi juga merupakan sarana untuk melestarikan dan menghormati tradisi dan leluhur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

“Dengan keindahan dan kekayaan budayanya, tari Dayak menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang patut di banggakan dan di lestarikan,” jelas Santi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *