Bupati Nunukan Persiapkan Solusi Jangka Menengah dan Panjang Atasi Krisis Air Bersih

oleh

Penulis: Castro | Editor: Senja

MATAKALTARA.COM, NUNUKAN – Bupati Nunukan Asmin Laura mengaku sedang mempersiapkan solusi jangka menengah dan jangka panjang untuk mengatasi krisis air bersih di daerahnya.

Kebutuhan air bersih di Kabupaten Nunukan yang masih bergantung pada hujan, membuat terjadinya krisis air bersih saat musim kemarau.

Sementara itu prediksi BMKG Nunukan, pada April 2024 dasarian kedua baru masuk musim penghujan.

“Terkait persoalan air bukan salah PDAM, tapi stok air baku di embung memang menipis karena musim kemarau. Prediksi BMKG dasarian kedua sekira tanggal 11 April baru masuk musim penghujan,” kata Asmin Laura, Kamis (21/03/2024).

Untuk mengatasi krisis air bersih, Laura mengaku sudah memberikan solusi jangka pendek untuk masyarakat.

Sementara itu solusi jangka menengah dan panjang sedang dipersiapkan.

“Solusi jangka pendek itu, selain OPD (organisasi perangkat daerah) terkait yang saya perintahkan untuk bagi-bagi air bersih. Juga ada 15 titik sumur bor yang sudah dibangun pakai APBD 2023 dan dana CSR. Solusi jangka menengah dan panjang sedang dipersiapkan,” ucapnya.

Lebih lanjut Laura menjelaskan solusi jangka menengah yang sedang dipersiapkan yakni pengerukan embung yang diestimasikan menghabiskan anggaran sebesar Rp120 miliar.

“Anggaran sebesar itu kita dibantu oleh BWS (Balai Wilayah Sungai). Bupati Nunukan bersurat terus kepada BWS. Harus diingat bahwa bukan Nunukan saja, Sebatik juga ada beberapa embung. BWS sudah bantu 10 titik sumur bor. Tahun depan bantu lagi pengerukan,” ujar Laura.

Selain pengerukan embung, solusi jangka panjang yang dipersiapkan yakni penambahan titik embung yang diperkirakan menghabiskan anggaran Rp50 miliar.

“Tahun ini dianggarkan Rp5 miliar untuk tahap pertama. BWS sudah siap membangun fisik embung. Pemkab Nunukan diminta untuk bebaskan lahan Embung Limau. Jangan lupa kita juga ada hutang di Embung Lapri masih Rp20 miliar,” tuturnya.

Persoalan krisis air bersih kata dia bukan hanya terjadi di Kabupaten Nunukan saja.

Laura menambahkan bahwa dirinya telah melakukan studi banding ke Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur untuk mencari solusi mengatasi krisis air bersih di musim kemarau.

Namun menurut Laura konsep penyulingan air laut yang digunakan Pemerintah Kabupaten Gresik tidak mudah untuk diterapkan di Kabupaten Nunukan.

Selain investasinya mencapai ratusan miliar, biaya yang harus dikeluarkan masyarakat nantinya terbilang besar.

“Di sana itu konsepnya penyulingan air laut. Tapi tak semudah itu. Kita butuh investasi sekira Rp500 miliar. Harga per liter Rp12.500 dan itu sangat mencekik masyarakat. Sedangkan Rp3.400 saja diprotes masyarakat,” ungkapnya.

Lanjut Laura,”Bahkan butuh waktu 8 hingga 9 tahun, itupun baru tahap penyesuaian. Belum lagi dialirkan ke masyarakat,” tambahnya.

Dia meminta kepada masyarakat Kabupaten Nunukan untuk bersabar menghadapi krisis air bersih.

“Kami harap masyarakat bersabar.
Mudahan April sudah musim penghujan. Di rumah saya anak-anak juga teriak kalau air tidak ngalir. Saya telepon tangki air juga kadang tidak langsung datang, karena antre melayani pelanggan lain,” imbuhnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.