Penulis:Fidelis | Editor:Castro
MATAKALTARA.COM, NUNUKAN – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali terjadi di dataran tinggi Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara).
Dalam sepekan terakhir, dua kecamatan terdampak yakni Krayan dan Krayan Barat, menyusul kondisi cuaca panas ekstrem dan kekeringan yang melanda kawasan pegunungan tersebut.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Nunukan, titik api pertama muncul di wilayah Krayan Barat pada Jumat (25/07/2025) sekira pukul 16.20 Wita. Api membakar kawasan hutan di tiga desa yaitu Desa Lepatar, Pa Lutut, dan Pa Mering, dengan estimasi luasan mencapai 6 hektar.
Selang dua hari kemudian, pada Minggu (27/07/2025) pukul 22.00 Wita, kebakaran kembali terjadi di Desa Long Bawan dan Long Katung di wilayah Krayan Induk, menghanguskan sekitar 3 hektar hutan.
“Karhutla di Krayan Barat mulai Jumat sore sampai Sabtu pagi. Untuk di Krayan Induk mulai hari Minggu pukul 22.00 Wita sampai Senin subuh pukul 03.00 Wita,” kata Kepala BPBD Kabupaten Nunukan, Arief Budiman, saat dikonfirmasi MataKaltara.com, Rabu (30/07/2025), siang.
Arief menyebutkan bahwa medan yang sulit dijangkau serta keterbatasan alat menjadi hambatan besar dalam proses penanganan.
“Lokasi kebakaran berada di kawasan pegunungan yang sangat sulit diakses. Pemadaman dilakukan secara manual menggunakan ranting pohon karena tidak ada alat pemadaman Karhutla yang memadai,” ungkapnya.
Dalam proses pemadaman, tim gabungan yang terdiri dari personel BPBD, Polsek, Babinsa, dan staf kecamatan diterjunkan. Meski begitu, minimnya sumber air di lokasi membuat api sulit dijinakkan.
“Jarak ke sumber air sangat jauh. Kita benar-benar mengandalkan tenaga manusia. Api sulit dipadamkan akibat lokasi Karhutla terpencil dan minim alat,” ucapnya.
Cuaca panas dan kering memperparah situasi. Berdasarkan catatan cuaca, suhu udara di Krayan saat kejadian mencapai 29°C dengan kelembaban udara hanya 41%, serta angin bertiup dari arah barat dengan kecepatan 3 km/jam.
“Penyebab kebakaran masih diselidiki oleh aparat kepolisian. Kondisi kekeringan saat ini juga mulai berdampak pada sektor pertanian, khususnya lahan persawahan masyarakat,” ujar Arief.
Melihat kondisi yang rawan dan sulit dikendalikan, BPBD Nunukan mengimbau kepada seluruh masyarakat Krayan dan sekitarnya untuk tidak melakukan pembakaran lahan, kebun, atau semak, meski dalam skala kecil sekalipun.
“Segera melaporkan jika melihat adanya titik api atau asap kepada aparat desa atau petugas terdekat. Jaga sumber air yang masih tersedia dan memprioritaskan penggunaannya untuk kebutuhan darurat,” tuturnya.
Lanjut Arief,”Semua warga harus waspada dan ikut mencegah. Jangan sampai api kecil jadi bencana besar hanya karena kelalaian,” tambahnya.