Penulis: Fidelis | Editor: Castro
MATAKALTARA.COM, NUNUKAN – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan pemerintah pusat dengan tujuan mulia untuk meningkatkan asupan gizi masyarakat, justru menghadapi berbagai tantangan serius di wilayah perbatasan seperti Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Mantan anggota DPRD Nunukan, Ruman Tumbo, yang kini menjabat sebagai Ketua Kerukunan Keluarga Toraja Kalimantan Utara, menyoroti sejumlah kendala lapangan yang kerap menghambat efektivitas program ini.
Mulai dari keterbatasan logistik, kualitas bahan pangan yang rendah, hingga minimnya tenaga ahli gizi dan dapur yang tidak profesional.
“Di kota besar mungkin tidak terasa, tapi di Krayan, masyarakat sangat kekurangan gizi. Distribusi makanan pun sering terhambat,” ujar Ruman saat ditemui.
Ia mencontohkan, penggunaan beras murah dalam program ini menjadi bukti bahwa orientasi penyedia bukan pada nilai gizi, melainkan keuntungan.
“Beras murah itu bukan makanan bergizi. Kalau ini terus dibiarkan, anak-anak tetap akan kekurangan nutrisi,” tambahnya.
Solusi
Ganti dengan uang tunai.Ruman mengusulkan agar pemerintah mengalihkan bantuan makanan menjadi bantuan uang tunai langsung kepada orang tua.
Menurutnya, cara ini lebih efisien dan bisa menghindari penyalahgunaan anggaran.
“Orang tua bisa beli makanan sesuai kebutuhan anak, dan dana tidak akan ‘bocor’ di jalan,” tegasnya.
Ruman juga menyoroti kualitas SDM di lapangan.
“Banyak pekerja dapur yang tidak terlatih. Kalau tidak ada ahli gizi, makanan cuma bikin kenyang, bukan bergizi,” katanya.
Selain itu, kelangkaan bahan makanan lokal seperti ikan di Nunukan juga jadi tantangan serius.
“Bagaimana anak-anak bisa makan bergizi kalau bahan dasarnya saja tidak tersedia?” ujarnya lagi.
Ruman bahkan menyebut telah terjadi beberapa kasus keracunan makanan akibat rendahnya kualitas bahan dan ketidaksiapan dapur MBG.
Ia meminta evaluasi total dari pemerintah agar program ini tidak menjadi bumerang.
Sebagai anggota DPRD Provinsi Kalimantan Utara, Ruman berharap Presiden Prabowo Subianto memberi perhatian khusus terhadap masalah gizi di perbatasan.
“Ini bukan sekadar program, tapi soal masa depan anak-anak bangsa. Presiden harus turun tangan,” tutupnya.